Registrasi Sekarang

Sosial Media

Deflasi Tahun 2024


Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga Oktober 2024. Deflasi pertama kali tercatat pada bulan Mei 2024, dengan penurunan harga sebesar 0,03%, dan terus berlanjut dengan 0,08% pada Juni, 0,18% pada Juli, dan 0,12% pada September. Deflasi ini terutama didorong oleh penurunan harga bahan pangan, yang memberikan dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah. Meski inflasi tahunan tetap berada pada level yang relatif aman sebesar 1,84%, tren deflasi yang berkepanjangan menimbulkan kekhawatiran​.


Pemicu Deflasi


Deflasi yang sedang berlangsung dipicu oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah turunnya harga bahan pangan, termasuk hasil pertanian. Produksi yang stabil dan berlimpah menyebabkan penurunan harga, sementara permintaan masyarakat tetap stagnan atau sedikit menurun. Selain itu, penurunan daya beli masyarakat juga berkontribusi terhadap rendahnya permintaan di sektor-sektor lain, sehingga menekan harga-harga produk di pasar. Keseimbangan antara penawaran yang lebih tinggi dan permintaan yang menurun menjadi pemicu utama deflasi​.


Dampak Buruk Jika Deflasi Berlanjut


Jika deflasi ini terus berlanjut, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi pada ekonomi Indonesia:

  1. Penurunan Pendapatan Produsen: Dengan turunnya harga-harga barang, khususnya di sektor pertanian dan UMKM, produsen bisa mengalami kerugian. Petani dan pengusaha kecil yang mengandalkan margin keuntungan yang tipis bisa terdampak paling parah.
  2. Peningkatan Risiko Kebangkrutan: Pelaku usaha yang tidak mampu menutupi biaya produksi karena harga jual yang rendah dapat mengalami kerugian besar, bahkan hingga kebangkrutan. Hal ini akan memperburuk kondisi lapangan kerja dan pendapatan rumah tangga.
  3. Penurunan Investasi: Kondisi deflasi yang berkepanjangan dapat membuat para investor ragu untuk menanamkan modal, karena mereka khawatir dengan prospek keuntungan yang rendah atau tidak ada.

  4. Penurunan Daya Beli Lebih Lanjut: Ketika produsen merugi, mereka mungkin akan mengurangi gaji atau PHK pekerja, yang dapat memicu penurunan daya beli masyarakat secara lebih luas, sehingga memperparah situasi ekonomi.


Solusi Sementara bagi Masyarakat, UMKM, dan Pedagang


Untuk menghadapi deflasi yang berkepanjangan, masyarakat, pelaku UMKM, dan pedagang dapat mengambil beberapa langkah berikut:

  1. Diversifikasi Produk dan JasaPelaku usaha dapat berinovasi dengan menawarkan produk atau jasa yang memiliki nilai tambah atau yang belum banyak tersedia di pasar, guna menarik konsumen yang tetap memiliki daya beli.
  2. Pengelolaan Stok Secara Efisien: UMKM dan pedagang perlu mengelola stok mereka dengan hati-hati. Mengurangi persediaan yang tidak laku dan fokus pada produk yang paling banyak dicari dapat membantu mencegah kerugian yang lebih besar.
  3. Optimalkan Pemasaran Digital: Memanfaatkan media sosial dan platform online untuk mempromosikan produk secara lebih luas tanpa biaya besar. Pemasaran digital dapat membantu memperluas jangkauan pelanggan dengan biaya rendah.
  4. Tingkatkan Daya Saing melalui Kolaborasi: UMKM dapat bergabung dalam kemitraan atau koperasi untuk membeli bahan baku bersama, menekan biaya produksi, dan meningkatkan daya saing di pasar yang semakin ketat.
  5. Hemat dalam Konsumsi: Masyarakat umum disarankan untuk lebih bijak dalam pengeluaran. Membeli barang-barang kebutuhan pokok dan menunda pembelian barang-barang non-esensial bisa membantu menghadapi ketidakpastian ekonomi.


    Melalui solusi-solusi ini, masyarakat dan pelaku usaha diharapkan dapat bertahan menghadapi tantangan ekonomi akibat deflasi, sambil menunggu stabilitas ekonomi pulih kembali


PasarSafe Sebagai Salah Satu Solusi di Tengah Deflasi


Di tengah deflasi yang berkepanjangan, pelaku UMKM dan pedagang perlu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka. PasarSafe, sebagai sistem point-of-sale (POS) yang lengkap, dapat menjadi solusi ideal untuk membantu usaha kecil dan menengah beradaptasi. Dengan fitur seperti manajemen stok yang efisien, laporan penjualan yang terperinci, serta dukungan untuk diskon dan promosi, PasarSafe memungkinkan pelaku usaha untuk menyesuaikan harga secara fleksibel mengikuti tren pasar yang terus berubah.


Selain itu, PasarSafe mendukung metode penjualan berbasis FIFO atau rata-rata, yang dapat membantu pedagang mempertahankan margin keuntungan dengan lebih baik saat harga-harga terus berfluktuasi. Di masa deflasi, di mana harga cenderung turun, pelaku usaha bisa memanfaatkan laporan dan analisis dari PasarSafe untuk mengidentifikasi produk mana yang tetap laku di pasaran, serta mengoptimalkan pengelolaan stok guna menghindari overstocking atau kerugian besar.

Punya Pertanyaan ? Kontak Kami

Article Terbaru Seputar Business

Jika anda menyukai Article di atas, cobalah untuk membaca Article lainnya yang relevan dengan anda di bawah ini

Bergabung dengan PasarSafe, Mulai dari Rp 100.000 / Bulan

Nikmati kemudahan dalam mengelola penjualan, stok, absensi, dan pemasaran secara otomatis dengan satu aplikasi. Bergabunglah sekarang dan rasakan perbedaan PasarSafe dalam mengembangkan usaha Anda!